Majalahparfum – Ketika kamu mencari siapa penemu minyak wangi, maka kata ‘Taputti’ akan muncul dimana-mana. Nyaris semua artikel online yang beredar memuat perempuan yang berasal dari masa Assyria Pertengahan ini sebagai mbah-nya parfum. Sampai ada yang menggunakan Taputti sebagai merk dagang produk wewangian mereka.
Namanya dikait-kaitkan dengan seorang Dewi pada masa Babylonia Kuno, Ratu Sumeria serta keterangan atas sebuah tablet dari Uruk yang katanya mencantumkan nama serta resep kuno pembuatan parfum.
Ada juga beberapa narasi yang menggambarkan ia sebagai seorang boss dari sebuah fragrance house pertama di dunia. Sebab itu, Taputti dianggap mewakili kesetaraan gender karena temuannya menjadi sangat penting bagi seluruh perempuan yang ada di muka bumi.
Tapi, benarkah demikian?
Mari kita coba membahasnya secara lebih komprehensif berdasarkan kutipan-kutipan dari beberapa sumber yang memiliki referensi cukup meyakinkan.
Tradisi destilasi
Wewangian tak bisa dipisahkan dengan proses destilasi. Apalagi jaman dulu, dimana manusia prasejarah belum mengenal sintesisasi kimia untuk menciptakan aroma. Sejarah destilasi ini penting untuk mengetahui seberapa lama manusia telah mengenal wewangian. Dan, disini nanti kita akan mengetahui bersama-sama, apakah Taputti merupakan pembuat parfum pertama, atau manusia pertama yang menemukan metode sintesisasi kimia.
Destilasi telah dikenal sejak jaman tembaga (Chalcolitic Era)
Pada tahun 1950, M. Levey menemukan benda kuno yang terbuat dari tembikar pada situs Tepe Gawra di bagian Timur Laut Mosul, Irak. Ia mensinyalir benda tersebut merupakan bagian bawah dari sebuah peralatan destilasi.
Tepe Gawra sendiri merupakan sebuah situs peninggalan zaman Mesopotamia kuno pada masa transisi dari jaman Neolitik ke Zaman Perunggu dimana ahli sejarah menyebutnya dengan Zaman chalcolitik atau zaman tembaga. Masa itu diperkirakan berlangsung mulai pertengahan millenium ke-5 sebelum masehi hingga awal millenium ke-3 sebelum masehi.
Fungsi dari benda itu ia simpulkan berdasarkan manuskrip cuneiform bangsa Akkadia dan bangsa Arab yang menjelaskan alat yang mereka gunakan untuk membuat parfum pada abad ke 9 Masehi memiliki kemiripan dengan benda yang ia temukan. Hipotesa Levey kemudian menjadi topik bahasan dan perdebatan para ahli sejarah mengenai apa dan bagaimana bentuk guci bagian atas yang sebenarnya.
Hingga akhirnya penggalian situs-situs prasejarah di Cyprus, Turki, Sardinia dan Slovakia memperkuat hipotesa Levey karena menemukan benda yang sama.
Ada 4 alasan yang membuat para ahli kemudian bersepakat bahwa guci temuan memang merupakan bagian dari peralatan untuk destilasi. Pertama, tinjauan laporan penggalian pertama di Tepe Gawra tentang pecahan keramik. Yang kedua, alat itu tetap diproduksi dari zaman ke zaman sebagai bagian dari proses destilasi. Ketiga, kesimpulan setelah mencoba fungsi dari alat yang sama, dimana para ahli mencoba untuk membuat kembali replika kubah bagian atasnya.
Yang keempat adalah, kenyataan bahwa bangsa Iran masih menggunakan peralatan yang mirip hingga sekarang untuk proses destilasi. Sebuah proses yang berlangsung turun-temurun bisa dikatakan sebagai tradisi. Point inilah yang paling penting dari fokus bahasan kita kali ini. Jadi, proses destilasi, merupakan tradisi yang sudah diturunkan sejak masa prasejarah.
Apa yang diproduksi nenek moyang dari destilasi tersebut dan untuk apa?
Para ahli masih berselisih mengenai apa yang dihasilkan manusia prasejarah dengan melakukan destilasi (penyulingan). Namun, pendapat yang paling kuat adalah untuk menghasilkan minyak atsiri dan menghasilkan cairan dengan konsentrasi alkohol yang tinggi.
Meninjau sebuah jurnal dari situs Exarc, para ahli kemudian membuat replika dua peralatan arkeologis kuno yang ditemukan di situs Tepe Gawra lalu membuat eksperimen untuk mengetahui fungsinya. Hasilnya, kedua peralatan tersebut bisa digunakan sebagai alat destilasi.
Mengenai bagaimana metode mereka mengumpulkan, menyimpan serta menggunakan hasil penyulingan masih belum diketahui secara pasti. Namun, bila dibandingkan dengan tradisi orang-orang Iran yang menggunakan peralatan yang sama, dapat dikatakan bahwa manusia prasejarah menggunakannya dengan tujuan menghasilkan minyak atsiri.
Semua bukti-bukti arkeologis temuan artefak kuno yang berkaitan dengan destilasi dan kaitannya dengan produksi parfum pada masa prasejarah dapat dilihat di Perfumery Theme Park yang berlokasi di Cyprus. Situs ini telah dibuka untuk umum secara resmi oleh Presiden Cyprus Nicos Anastasiade pada tahun 2018 yang lalu.
Sampai disini, dapatlah kita simpulkan bahwa Taputti bukanlah seseorang yang menemukan metode destilasi untuk menghasilkan minyak wangi.
Siapakah sebenarnya Taputti?
Nama Taputti muncul pada fragmen tablet yang diberi kode KAR 220 yang tersimpan di Museum Vorderasiatisches Berlin. Tablet ini mengandung informasi penting mengenai kapan Taputti mencatatkan jurnal pekerjaannya. Namun, hanya sedikit sekali resep aromatik yang masih bertahan dari yang seharusnya tercatat. Taputti diketahui seorang perempuan karena ada sebutan muraqqitu dalam sebaris kalimat:
..dari mulut seorang muraqqìtu, Taputti-Bēlet-ekallim..
Muraqqitu artinya adalah perempuan pembuat minyak wangi. Kata Taputti dan muraqqitu merupakan padanan kata dalam bentuk feminin. Karena muraqqitu memiliki akhiran ‘ta’ yang merupakan penanda gender bagi perempuan. Jadi jelaslah, Taputti merupakan seorang perempuan.
Kontroversi penemuan bukti tablet tentang Taputti
Banyak kekeliruan mengenai tablet yang mengandung kata Taputti. Sebagian besar literasi online menunjukkan tablet inilah sebagai bukti bahwa Taputti merupakan penemu minyak wangi pertamakali di dunia karena disitu tercatat nama beserta resep yang ia buat pertamakali:
Namun, tablet diatas adalah sebuah tablet yang terdapat di Museum Louvre di Paris Prancis dengan kode AO 29560 yang tidak ada hubungannya dengan minyak wangi. Teks yang terpahat bahkan merupakan semacam hitung-hitungan tanda terima jatah makanan yang dibagikan kepada para pekerja di Uruk yang diperkirakan terjadi pada masa pemerintahan Uruk III antara tahun 3200-3000 SM², masa Mesopotamia Neolitik akhir.
Dokumen yang merekam kegiatan Taputti sebagai perfumer sebenarnya hanya bersumber dari satu tablet, yaitu Tablet KAR 220 yang saat ini tersimpan di Berlin. Tablet tersebut ditulis pada masa Assyria pertengahan yang diletakkan sejajar dengan tablet-tablet pembuatan bahan kimia lainnya seperti cara pembuatan kaca. Tablet-tablet tersebut dulunya kemungkinan tersimpan di sistem perpustakaan kerajaan.
Penulis tablet KAR 220 menuliskan waktu penulisan tablet pada tahun ke-5 masa pemerintahan Raja Tukulti-Ninurta I pada tanggal 20 Muhur-Ilani. Jika dikonversi sesuai penanggalan saat ini maka tablet ditulis pada bulan Mei tahun 1239 SM.
Ketika tablet KAR 220 ditemukan pada masa penggalian pertama antara tahun 1889-1900, tulisan yang terukir di permukaannya menggunakan sistem huruf cuneiform. Para peneliti menemukan tablet pada saat hendak merestorasi kota kuno Nippur antara tahun. Nippur atau orang Arab menyebutnya ‘ نُفَّر ‘ Nuffar, merupakan sebuah kota yang termasuk ke dalam wilayah Mesopotamia, sekarang terletak di bagian tenggara Irak.
Dari data diatas jelas menunjukkan perbedaan waktu, masa pemerintahan serta bahasa yang digunakan pada tablet Uruk III dengan masa dimana Taputti hidup melaksanakan pekerjaannya. Taputti berasal dari bangsa Assyria. Bukan dari bangsa Babylonia.
Taputti bukan penemu minyak wangi
Kenyataan bahwa Taputti merupakan pembuat minyak wangi memang tak dapat dibantah, karena namanya tercatat pada tablet berikut formula yang ia kerjakan dalam pembuatan lilin aromaterapi pada waktu itu. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa destilasi bahan-bahan untuk bahan campuran aromatik sudah menjadi tradisi ribuan tahun sebelum Taputti lahir. Jadi, jelaslah bahwa Taputti bukan seseorang yang menemukan metode destilasi untuk membuat minyak wangi.
Begitu pula pada masa Raja Tukulti-Ninurta I, hanya laki-laki yang boleh membuat parfum untuk sang raja. Adapun jika ada peran wanita, mereka haruslah dari kalangan tertinggi, karena mereka harus memiliki gelar yang tak sembarang orang bisa menyandangnya yaitu šangitû bit hilṣi yang artinya Pengawas Rumah Wewangian untuk memiliki workshop minyak wangi.
Taputti tidak memiliki gelar ini, ia hanya menyandang gelar Bēlet-ekallim yang artinya adalah wanita pengawas rumah (kerajaan). Ini artinya, Taputti tidak diperkenankan memiliki workshop sendiri, apalagi memiliki peralatan untuk membuat minyak wangi.
Taputti bukan ahli kimia
Tidak ada teks dalam tablet yang menjelaskan bahwa ia adalah seorang ahli kimia. Jika nama dan pekerjaannya layak disebut dalam tablet, dan kenyataan bahwa ia meracik formula wewangian ada kemungkinan bahwa ia memiliki seorang atasan yang memerintahkan orang lain untuk mencatat kegiatannya.
Mungkin apa yang ia kerjakan ada kaitannya dengan proses pembuatan minyak wangi, namun bukan berarti ia seorang ahli molekuler dalam bidang kimia.
Ada juga yang mengatakan bahwa Taputti telah merevolusi industri parfum dengan menggunakan akohol sebagai solvent tanpa berdasarkan bukti teks apapun yang menuliskannya sebagai campuran wewangian. Padahal catatan sejarah memuat teknologi tersebut belum pernah ditemukan hingga abad ke-12 Masehi
Namun, bisa jadi bahwa Taputti merupakan senior sehingga masih memiliki mandat kepada bawahannya. Kondisi tersebut membuat banyak yang menafsirkan bahwa ia seorang perfumer yang memiliki anak buah yang bekerja pada workshop parfumnya.
Banyak dokumen yang mencatatkan perdagangan minyak wangi ratusan tahun sebelum Taputti lahir. Patut dicatat bahwa banyak peracik minyak wangi yang datang ke wilayah Assyiria setelah kota mereka ditaklukkan, karena peraturan, namanya tidak dicatat oleh kerajaan.
Karena keterbatasan, rasanya tidak mungkin kita untuk membahas hal tersebut secara spesifik karena artikel ini akan teramat panjang dan melebar kemana-mana. Namun, kita bisa menemukan literasi-literasi tentang itu pada perpustakaan yang khusus menyimpan dokumentasi tentang minyak wangi. Atau, kita akan membahasnya nanti di artikel yang lain.
Penggambaran sosok Taputti yang keliru
Satu hal lagi yang sering membingungkan fakta sejarah adalah penggambaran figur Taputti. Majalah Cosmo dengan enteng menggambarkan Taputti seperti ini:
Tablet yang mengandung nama Taputti ditemukan pada era pertengahan masa kekaisaran Assyria, ditulis dalam bahasa Assyria pertengahan, memiliki korelasi yang erat pada kerajaan Assyria, lalu mengapa ia digambarkan sebagai figur yang melekat pada era Babylonia? Pernak-pernik yang ia gunakan pada figur tersebut sama persis dengan hiasan kepala Ratu Pu-Abi dari Sumeria serta perhiasan yang ditemukan pada penggalian Kuburan Kerajaan Babylonia pada tahun 1929 yang kini tersimpan di British Museum dengan nomor 122310.
Cocoklogi ini sama sekali nggak nyambung. Karena Ratu Pu-Abi hidup lebih dari 1000 tahun sebelum Taputti lahir dan perhiasan tersebut sama sekali tidak merepresentasikan penampilan dari para professional pada era Assyria pertengahan.
Bēlet-ekallim bukanlah gelar kedudukan Taputti
Taputti Bēlet-ekallim sebenarnya merupakan satu nama lengkap. Sebutan Bēlet-ekallim bukanlah gelar seperti yang diceritakan oleh banyak orang untuk Pengawas Kerajaan, atau Kepala Rumah Tangga Kerajaan atau gelar dari golongan elit melainkan memang merupakan nama belakang Taputti.
Nama belakangnya tersebut merupakan sebutan yang merujuk pada Dewi Bēlet-ekalli. Sebuah nama belakang yang biasa kita pakai untuk menghormati Yang Maha Kuasa seperti Abdul Rahman, dimana Rahman merujuk kepada salah satu dari 99 nama Allah yaitu Ar-Rahman yang artinya Maha Pengasih.
Tradisi penamaan tersebut juga lazim digunakan seperti Raja Aššur-bāni-apli dan Tukultī-Ninurta yang merujuk kepada Dewa mereka yaitu Dewa Assur dan Ninurta.
Logikanya jika Ratunya saja bergelar Issi Ekalli yang berarti Wanita Istana mengapa Taputti yang hanya seorang pelayan, pembuat minyak wangi bergelar Dewi yang jauh diatas gelar sang ratu? Gelar sejati yang memang patut disandangnya dan memang tertulis dalam teks adalah Muraqqitu, tidak lebih dari itu.
======
Referensi:
- Brittanica.com – Nippur.
- Assad Ebrahim – The Mathematics of Uruk and Susa (c.3500-3000 BCE), December 28th 2019.
- The Death Scent Project – Taputti, The First Perfumer?