Majalahparfum – Film klasik Zatoichi – anggota Yakuza yang jago pedang tapi tak bisa melihat – hampir selalu menampilkan sosok pelacur dalam setiap miniserinya. Sebagian diantaranya berperan sebagai Oiran, sedangkan sisanya merupakan Geisha. Zatoichi dengan penciumannya yang tajam selalu dapat mengenali wanita-wanita yang ditolongnya berkat wewangian yang mereka kenakan.

Banyak yang salah persepsi tentang Geisha. Bahwa Geisha sering direpresentasikan sebagai wanita penghibur dalam konotasi negatif yang erat kaitannya dengan pelacur telah mengakar berpuluh tahun melalui berbagai media informasi. Terutama masyarakat Indonesia.

http://img42.imageshack.us/img42/1783/oiran.jpg
Gambaran Geisha pada jaman Edo. Sumber: Imageshack

Kemunculan geisha laki-laki

Geisha belum tentu pelacur, dan pelacur bisa jadi awalnya adalah seorang Geisha. Tapi Geisha sejatinya bukan pelacur. Tapi tahukan kamu bahwa Geisha pada awalnya terlahir dari Taikomochi, yaitu laki-laki yang berperan sebagai pelawak istana.

Dalam bahasa Jepang, kata “Geisha” berarti “orang seni”. Mereka adalah entertainer yang menghabiskan banyak waktu untuk berlatih¹.

Di zaman Edo, pelacur kelas atas yang disebut oiran dapat disalahartikan sebagai Geisha karena riasan dan gaya rambut yang mirip. Terlepas dari kenyataan bahwa Geisha sebagian besar berasal dari oiran, Geisha asli tidak pernah menjadi pelacur. Mereka dipekerjakan karena kemampuan mereka bermain alat musik tradisional Jepang, menari, menyanyi, minum teh, dan menulis.

Dandanan seorang Oiran dengan tatanan rambut yang khas.

Oiran atau Tayuu merupakan pekerja seks dengan level tertinggi di kawasan lokalisasi atau biasa disebut kawasan merah. Oiran dianggap sebagai tipe yūjo (遊女?) atau ‘wanita penghibur’ yang lebih relate dengan pelacur. Namun, Oiran/Tayuu berbeda dari yūjo pada umumnya karena mereka adalah penghibur, dan banyak yang menjadi selebriti pada masanya di luar lokalisasi.

Karena kekayaannya, Oiran dapat memilih pelanggan mereka sendiri. Menariknya, mereka juga piawai dalam membuat puisi, kaligrafi, merangkai bunga, sastra, dan seni berbicara. Sejak prostitusi dilarang secara resmi di Jepang, Oiran dan Tayuu tidak ada lagi. Namun demikian, seni dan gaya mereka sering menjadi tren di kalangan orang kaya, dan karena itu, elemen budaya tradisi Oiran masih dilestarikan hingga hari ini.

Punahnya Geisha Pria

Perempuan mulai mendominasi panggung hiburan Jepang pada tahun 1700-an hingga puncaknya pada tahun 1780, lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Geisha laki-laki hampir punah tak lama kemudian. Pada tahun 1920an, 80.000 geisha hampir mengambil alih Pleasure Quarter². Ketika Jepang meninggalkan tradisi, kemerosotan ini dimulai. Okiya, atau okiyo, telah ditutup selama beberapa waktu. Namun, tak lama dibuka kembali, dan pekerjaan geisha kembali populer.

Dandanan Geisha

Untuk seorang Geisha, riasan dan pakaian sangat penting. Mereka membuat cat wajah dengan bahan putih kental yang disebut bintsuke-abura. Bibir geisha selalu dicat dengan warna merah merona. Warna merah dan hitam digunakan pada alisnya. Menurut musim, mereka mengenakan kimono tradisional. Geisha yang sedang magang disebut Maiko, mengenakan kimono yang terdiri dari dua belas hingga lima belas lapis. Geisha yang telah lulus pendidikan secara penuh disebut Geiko. Geisha keluar dengan sandal bersol datar atau bakiak yang disebut getas dan terakhir memakai wewangian dalam setiap aksinya.

http://farm9.staticflickr.com/8175/8034864730_61a216bc21_b.jpg
2 Maiko muda yang sedang duduk di stasiun kereta Jepang

 

Parfum khusus Geisha

Geisha sangat wangi dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Ini penting untuk menjalankan bisnis. Seorang maiko yang telah lulus dan melewati upacara misedashi diperkenankan untuk mulai pergi ke tempat-tempat tertentu seperti kedai teh. Disitu ia akan mulai mempraktekkan kepiawaiannya. Membius lawan-lawan bicaranya dengan aromanya yang semerbak dengan berbagai keterampilan yang telah ia pelajari dalam sekolah geisha.

Untuk membuat rambutnya wangi, biasanya geisha menggunakan dupa dengan wangi khusus. Setelah dupa menyala dan mengeluarkan asap, ia akan memegangi rambut lalu mengasapinya. Teknik ini diduga untuk menjaga rambut tetap kuat dan halus sebab seorang geisha memiliki rambut yang sangat panjang untuk dibentuk menyerupai sanggul. Menggunakan minyak rambut beraroma seringkali merusak daya tahan rambut karena zat-zat yang terkandung didalamnya seringkali hanya berfokus pada aroma saja.

 

image

Geiko. Sumber: Maki Ueda

Menurut beberapa sumber dan dokumen, Geisha menggunakan wewangian dengan aroma yang bersifat afrodisiak³. Berikut ini adalah beberapa jenis kosmetik yang mereka kenakan:

1. Embun Bunga

Geisha menyukai air tonik Embun Bunga, yang berasal dari mawar liar. Geisha kelas atas pertamakali memperkenalkannya sekitar tahun 1640. Setelah itu, geisha kelas menengah dan bawah juga ikut menggunakannya. Untuk mereka yang tidak dapat membuatnya sendiri, buku mode Miyako-Fuzoku-Kewaiden (1813) menawarkan instruksi tentang cara menyuling dengan ketel dan cangkir teh.

DSC_3020

Cara penggunaannya dipercik ke wajah setelah mencuci muka untuk menjaga kelembaban kulit dalam bentuk tonik, atau dipercikkan ke wajah setelah memakai bedak Oshiroi agar riasan kelihatan lebih glowing.

Embun bunga sendiri dibuat dari campuran mawar liar, cengkeh, gaharu dan borneol⁴.

2. Minyak Kiara

Kyara Jepang yang digunakan dalam kosmetika bertekstur seperti mentega. Kyara Jepang merupakan kelas tertinggi dari Aloeswood. Dalam bahasa Jepang kuno artinya “Berharga”. Memiliki aroma yang lebih dalam dan lebih banyak resin daripada Aloeswood umumnya. Harga satu ons Kyara lebih tinggi daripada satu ons emas.

Kyara (bahasa Sansekerta untuk Hitam) adalah resin aromatik paling berharga di dunia. Di Jepang, Kyara merupakan bagian dari Jinkoh (kayu gaharu) tapi dengan nilai tertinggi. Resin yang padat dan berat ini sangat langka dan hanya ditemukan di beberapa negara Asia Tenggara, dan kata jinberarti tenggelam dalam air atau rendaman.

DSC_3024

Kata ‘Kyara’ sering digunakan di kawasan merah atau lokalisasi pada jaman edo untuk merepresentasikan sesuatu yang bernilai tinggi.

Para Geisha dan Oiran sering menggunakannya pada kulit dan rambut. Saat ini, hanya beberapa toko khusus saja yang masih menjual Kyara di kota-kota besar seperti Kyoto. Cara pemakaiannya bisa sebagai lotion kulit atau bisa juga sebagai minyak rambut.

3. Bijinko

DSC_3018

Bedak Bijinko mengandung obat-obatan herbal yang berasal dari China yang dipercaya dapat memutihkan kulit.  Meskipun rata-rata perempuan Jepang memiliki kulit berwarna terang, namun dalam konsep pemikiran Geisha, semakin mereka putih maka mereka akan dianggap semakin cantik.

Tak heran jika para Geisha akan berlomba-lomba untuk memutihkan kulit mereka dengan berbagai cara. Begitu juga dengan penggunaan Bijinko ini, tidak ada aturan khusus tentang cara pemakaiannya, jadi mereka kadang menggunakannya sebagai pembersih make-up, kadang juga sebagai lotion hingga masker wajah.

Bijinko digunakan ketika membasuh wajah dalam hal fungsinya sebagai pembersih muka (cleanser).

Namun perlu sekitar setengah sendok bijinko yang diaduk rata dengan 10 tetes air dan 7 tetes minyak wijen untuk membuatnya menjadi lotion untuk mengurangi kerutan di kulit.

Untuk menggunakan bijinko sebagai masker wajah, cukup campurkan bijinko dengan air secukupnya di telapak tangan lalu ratakan di seluruh permukaan wajah. Biarkan mengering hingga setengah hari kemudian bersihkan wajah dengan air.

Bijinko terdiri dari kacang hijau, tepung ubi garut, tepung talek, bai zhi (angelica dahurica), fu zi (radix aconiti lateralis praeparata), kayu cendana, akar musk (nardostachys chinensis)dan borneol.

4. Bedak Oshiroi

Orang-orang Jepang hanya menggunakan warna merah, hitam, dan putih untuk riasan. Warna merah untuk bibir dan pipi, hitam untuk alis dan gigi (gigi mati hitam), dan putih untuk kulit. Mereka menggunakan bedak oshiroi untuk membuat warna kulit menjadi lebih putih. Untuk membuat warnanya lebih cerah biasanya tinggal ditambahkan air.

DSC_1590

Setelah bedak mengering, para geisha menambahkan lapis kedua untuk memberikan tampilan yang lembut. Mereka melakukan ini sebanyak yang mereka inginkan sampai mereka merasa cukup putih. Tak heran kadang geisha terlihat seperti hantu, tapi dengan aroma yang menggoda.

DSC_0004

Bedak Oshiroi mengandung talek, pigment (putih, sutra putih), magnesium stearate, minyak jojoba, borneol dan musk.

Untuk menggunakannya sebagai alas bedak, diperlukan setengah sendok Oshiroi yang diletakkan pada wadah cekung. Tambahkan air 10 tetes lalu aduk hingga rata. Sapukan ke permukaan kulit. Oshiroi juga dapat digunakan untuk membuat efek mengkilap pada kosmetik dengan menepuk-nepuknya menggunakan pupur bedak diatas make-up.

5. Deodoran Fushinoko

DSC_3019

Wanita-wanita Jepang sangat jarang yang memiliki bau menyengat seperti orang Eropa. Meskipun begitu mereka tetap saja khawatir dengan bau tubuh terutama pada bagian ketiak. Untuk mengatasinya mereka sering menggunakan deodoran yang disebut Fusinoko. Cara menggunakannya cukup mudah sebagaimana bedak BB yang beredar luas di pasaran. Campur 1 sendok makan fushinoko bersama air secukupnya di atas wadah cekung lalu sapukan dibawah ketiak.

Fushinoko sendiri merupakan benjolan yang tercipta dari tumpukan jasad parasit lalat hijau yang menempel pada pohon sumac⁶ dan mengandung tanin.

6. Minyak penggoda

Ilmuwan Jepang mendapatkan ilmu penyulingan dan pengayaan minyak dari Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-17 atas perintah kaisar Jepang setelah mengakui kegunaan minyak atsiri dalam industri medis.

DSC_3026

Minyak cengkeh akhirnya menjadi produk yang dikenal secara umum. Tidak dijual hanya untuk meredakan rasa tidak nyaman pada gigi, namun juga sebagai obat perangsang. Cengkeh adalah salah satu produk perdagangan yang paling penting. Untuk mendapatkannya, bangsa Jepang melakukan kerjasama pertukaran dagang cengkeh Indonesia dengan Champor (kapur barus Jepang).

Minyak penggoda ini merupakan perpaduan minyak cengkeh dan minyak wijen. Untuk penggunaan sebagai parfum cukup disemprot pada permukaan kulit. Sedangkan dalam pengobatan digunakan untuk mengatasi sakit gigi dan bekas luka.

 

7. Parfum telan

Kisah satu dari empat wanita tercantik pada masa kekaisaran china menyimpan rahasia wangi tubuhnya yang membuat Dinasti Tang hancur pada tahun 756. Ia adalah Yang Yu Huan yang kemudian mendapatkan gelar Gui Fei karena saking berharganya ia sebagai selir di mata kaisar Xuanzong.

Pendapat yang mengatakan bahwa bau tubuh Yang memang harum dari sononya bisa dikatakan keliru. Yang sebenarnya manusia biasa, ia juga memiliki bau tubuh selayaknya wanita-wanita pada masa itu. Untuk menutupinya, Yang mengerahkan pelayan-pelayan istana untuk mengumpulkan kelopak bunga tertentu sebanyak-banyaknya untuk diperas dan diambil sariwanginya. Essens itu kemudian ia oleskan di kedua ketiaknya.

Dalam sebuah catatan, Yang juga mandi dalam rendaman air yang bertabur bunga karena masih khawatir aroma tubuhnya mengeluarkan aroma yang kurang sedap.

Namun, tak banyak yang tahu jika Yang diduga menggunakan bola-bola kecil obat yang ia telan agar tubuhnya mengeluarkan aroma sedap dari luar. Sebuah situs mengungkapkan komposisi pil tersebut yang terdiri dari cegkeh, nilam, kelabat (foenun graecum), spikenard (nardostachys chinensis), bai zhi (angelica dahurica), tang kuei-ch (angelica sinensis), bing lang (semen arecae), musk, ume-paste⁵, madu.

Cara menggunakannya adalah dengan menelan pil 1 butir sehari. Namun efek samping jangka panjang jike mengonsumsi pil ini secara terus menerus belum diketahui pasti.

DSC_0714

8. Parfum untuk kimono

DSC_0008

Orang-orang Jepang nampaknya lebih senang mengaplikasikan wewangian kepada pakaiannya ketimbang tubuhnya. Aroma Kimono rupanya dapat merepresentasikan kepribadian penggunanya. Beberapa Geisha masa kini membuka rahasia mengapa masih ada yang menggunakan parfum dari bahan-bahan yang sama seperti yang digunakan pada abad ke-10.

Mereka mengatakan pada masa itu, pria dan wanita hanya diperkenankan bertemu dibalik tirai bambu. Mereka bahkan tidak diperkenankan bicara. Namun laki-laki pada masa itu dapat mengetahui siapa lawan bicaranya hanya dengan mencium wangi Kimono meskipun dalam keadaan gelap gulita. Jadilah aroma Kimono yang dikenakan sang wanita menjadi jalur komunikasi yang paling efektif bagi keduanya sehingga banyak lelaki yang jatuh cinta karena wanginya.

Bahan-bahan untuk membuat parfum kimono antara lain; agarwood / Jinko (Aquilaria malaccensis), styrax atau lonceng salju Jepang (Styrax officinal), cengkeh, nilam, foenun graecum, kunyit, musk

Kesimpulan

Dari uraian diatas, kita dapat melihat banyak bahan-bahan dalam pembuatan parfum Jepang bahkan sejak jaman Edo menggunakan bahan-bahan yang hanya dapat tumbuh di Indonesia.

Hal itu membuktikan bahwa telah ada kerjasama dagang antara Indonesia dengan Jepang khususnya dalam pengadaan rempah-rempah seperti:

  • Gaharu (Sandalwood)
  • Cengkeh (Clove)
  • Bubuk Garut
  • Agarwood
  • Minyak nilam
  • Kunyit

Referensi:

  1. The Geisha Of Japan
  2. Tokugawa Japan, Pleasure Quarter: Disebut ukiyo, dunia terapung yang menyediakan sumber materi pelajaran baru bagi budaya dan seni populer. Tren baru dalam drama, sastra, dan puisi berkembang pesat seiring dengan perubahan ekonomi dan sosial pada saat itu. Mencakup rumah prostitusi, restoran, teater, dan banyak tempat lain yang sering dikunjungi orang. Ketika orang-orang berada di sana, apakah ia seorang bangsawan ataupun samurai, mereka kehilangan semua hak istimewanya. Derajatnya dianggap tak lebih dari seorang pembuat roti atau sepatu.
  3. Afrodisiak disini menjelaskan suatu aroma yang sangat menggoda hasrat, sensual dan seksual.
  4. Borneol adalah terpene yang berasal dari tumbuhan dan merupakan turunan monoterpen dan terpen bisiklik. Itu ditemukan dalam minyak esensial Salvia rosmarinus dan Salvia officinalis. Ini juga ada di Dryobalanopsaromatica dan Blumea balsamifera.
  5. Pasta ume, juga dikenal sebagai pasta umeboshi, adalah bumbu vegan yang terbuat dari buah plum ume yang difermentasi.
  6. Japanese Wax tree (sumac).